Orangtua Tak Setuju Belajar di Sekolah di Tengah Pandemi, Nurul: Apa Pemerintah Mau Tanggung Jawab? - Tips Dokter
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Orangtua Tak Setuju Belajar di Sekolah di Tengah Pandemi, Nurul: Apa Pemerintah Mau Tanggung Jawab?

Orangtua Tak Setuju Belajar di Sekolah di Tengah Pandemi, Nurul: Apa Pemerintah Mau Tanggung Jawab?


Rencana pemerintah untuk membuka kembali kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah pad 13 Juli 2020 mendatang tidak disambut bahagia bagi beberapa orangtua siswa di Bangka Belitung.

Apalagi melihat kondisi penyebaran Covid-19 di Babel saat ini.

Nurul orang tua pelajar Sekokah Dasar MI Hisayatusalikin Pangkalpinang, mengaku masih sangat khawatir jika anak-anaknya kembali beraktivitas di sekolah di tengah penyebaran covid-19 di Babel.

"Kalaupun sekolah orangtua tentu akan membekali anak-anaknya dengan face shield, menggunakan masker, bila perlu menggunakan jas hujan saja, tapi ini kan akan kasihan anaknya nanti," kata Nurul, Senin (01/06/2020)

Menurutnya, belajar online bersama orang tua di rumah justru akan lebih aman untuk anak-anak.

"Kalau sekolah dan seandainya banyak anak-anak yang terjangkit Corona, apa Pemerintah mau bertanggung jawab, oke dari sisi pengobatan, mungkin Pemerintah siap menanggung biaya," tuturnya

Namun secara psikologis, orang tua yang anaknya terinfeksi Covid-19 akan terlalu khawatir.

"Paksa lah nanti orang tua ikut di ruangan juga, ambil risiko terjangkit juga, daripada anak sendiri di isolasi," ucapnya

Dia menyebutkan, pemerintah jangan gegabah mengambil kebijakan masuk sekolah.

Harus dipikirkan juga resiko lainnya jika pemerintah tetap nekat.

"Kalau pendidikan masih bisa menyusul kemudian hari diajarkan, tidak mesti harus sekolah sekarang lalu jadi bodoh," sebutnya

Sementara itu, hal senada juga disampaikan Nita yang anaknya masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) Negeri di kota Pangkalpinang.

Dirinya tidak begitu setuju dengan kebijakan pemerintah yang membiarkan anak-anak masuk sekolah.

"Anak-anak mana bisa kita tahan untuk tidak bermain bersama teman-temannya, kadang mereka suka tos-tosan, pelukan, pegang tangan lalu lari-lari, nah yang seperti ini akan mudah menyebarkan virus," tuturnya

Dirinya khawatir betul jika nanti anaknya masuk sekolah kembali di tengah penyebaran covid-19 di Babel.

"Kalupun nanti sekolahnya dibatasi ya orang-orangnya, tetap saja akan ada anak-anak yang bermain dan berinteraksi," ucapnya

Harus Dipikirkan dengan Matang


Rencana pemerintah yang akan membuka kembali kegiatan belajar mengajar (KBM) tahun ajaran baru 2020/2021 pada bulan juli harus dipertimbangkan dengan matang guna menjamin keselamatan semua warga sekolah di tengah situasi pandemi saat ini.

Hal ini disampaikan oleh Wakil kemahasiswaan SMK 1 Pangkalpinang, Arziah.

Dia mengungkapkan, jika melihat angka positif terkonfirmasi Covid-19 di Babel yang saat ini terus bertambah, maka tidak ada salahnya kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah saja atau secara online.

Namun jika memang kegiatan belajar mengajar ini sudah diterapkan, dirinya menyetujui hal tersebut asalkan pemerintah daerah betul-betul menjamin keselamatan semua warga sekolah.

"Kalau memang mulai diterapkan maka kami menyiapkan masker untuk siswa, guru dan pegawai, menyiapkan alat pengukur suhu badan, tempat pencuci tangan beserta sabun, mengatur tempat duduk siswa dan melakukan penyemprotan disinfektan ke setiap ruangan kelas sebelum digunakan dan mewajibkan siswa untuk membawa bekal dari rumah," ujar Arziah

"Tetapi hendaknya harus dipikirkan secara matang dan jangan terburu-buru karena ini menyangkut semua warga sekolah, serta pemangku kebijakan harus memikirkan dampak yang akan ditimbulkan khusus nya untuk Bangka Belitung yang sekarang terus bertambah jumlah pasien penderita covid 19," tambahnya.

Ia juga menambahkan, bagi siswa dan guru yang memiliki gejala seperti batuk, flu dan demam diwajibkan untuk istirahat di rumah dan dilarang masuk sekolah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh guru SD Rizki.

Dia mengungkapkan di tengah pandemi ini kegiatan belajar mengajar harus tetap dilaksanakan.

Namun, dirinya menyarankan bahwa aktivitas belajar mengajar ini bisa dilakukan secara social distancing atau online untuk meminimalisisasi kontak fisik dan penyebaran virus Covid-19 ini.

"Sebab kontak fisik di sekolah akan semakin menaikkan nilai grafik yang positif. Kalaupun harus masuk berarti harus mematuhi protokol kesehatan dan membatasi kontak fisik, seperti posisi duduk anak di kelas di jarak atau dibuat shift kelas bergantian dan selama pandemi mungkin mata pelajaran dalam sehari bisa dikurangi dari jadwal normal sebelumnya," ujar Rizki

"Bagi anak-anak yang sakit apapun gejalanya untuk tetap dirumahkan terlebih dahulu," tambahnya.

Dewan Pendidikan: Jangan Paksakan


Ketua Dewan Pendidikan Bangka Belitung Prof. Bustami Rahman menyikapi kegiatan belajar mengajar di sekolah yang disebut-sebut akan dibuka kembali pada 13 Juli 2020 mendatang.

Bustami menyebut, dirinya sudah mengetahui rencana pembukaan kegiatan belajar mengajar di sekolah itu.

Namun rencana itu akan dirapatkan kembali dengan Gubernur, kepala dinas pendidikan, serta DPRD.

"Itu nanti membincangkan tentang persiapan bagaimana sekolah-sekolah akan dibuka pada masa new normal, situasi new normal ini kan, kita harus lebih berhati-hati terutama pada anak-anak," kata Bustami, Senin (01/06/2020)

Menurutnya, penerapan new normal pada dinas instansi, BUMN, atau perkantoran lainnya memang tidak ada masalah.

Namun tidak demikian dengan penerapan new normal di sekolah.

Sebab, bukan hanya guru yang masuk, tapi seluruh siswa-siswi masuk sekolah, TK, SD, SMP, SMA.

"Dan mereka ini sebetulnya masih dalam tahap pertumbuhan anak-anak, jadi secara alamiah anak-anak itukan biasa bermain-main, tidak bisa kita membuat aturan yang tegas supaya anak-anak itu tidak bersentuhan, tidak berpelukan, tidak tos-tosan dengan temannya, tidak bisa seperti itu, namanya juga dunia anak-anak," jelasnya.

Dia menuturkan, jika nanti tim gugus tugas memperbolehkan proses belajar mengajar di sekolah, mestinya semua pihak harus lebih berhati-hati lagi.

Sebab, dikhawatirkan justru sekolah jadi tempat penyebaran covid-19.

"Agar semua itu tidak terjadi, saya menyarankan agar lebih berhati-hati dalam permasalahan ini, kalau nanti tim gugus tugas menyebutkan kita belum aman betul, saya menyarankan lebih bagus itu kita sementara menggunakan sistem belajar online saja," sebutnya

Menurutnya, memang ada gejolak yang terasa antara belajar online atau memaksakan para pelajar masuk sekolah.

"Jangan dipaksa (KBM di sekolah) intinya, kalau nanti adanya pembatasan itu nanti sama saja, namanya juga anak-anak, pasti akan ada bermaian-mainnya, bahkan ada yang bertanya kalau seperti itu nanti kita bodoh, bodoh seperti apa orang semua negara seperti itu kok, tidak akan buat anak-anak kita bodoh," ucapnya

"Saya kira memang belajar online itu lebih baik, tapi misal seperti Kota Pangkalpinang yang dikatakan aman namun tetap saja masih ada yang positif itu tetap saja masih membahayakan, dan tidak aman terutama pada anak-anak," tambahnya.

Orangtua Cemas


Mengingat situasi pandemi virus Corona saat ini membuat sebagian besar orangtua merasa khawatir akan kondisi sang anak ketika kembali ke sekolah atau bersekolah memasuki tahun ajaran baru 2020/2021.

Hal ini pun dirasakan oleh Emmi.

Seorang ibu dari pelajar kelas 3 SD ini mengatakan dirinya cemas ketika anak-anak akan kembali masuk sekolah di tengah pandemi ini.

"Kami selaku orang tua murid sangat was-was dan khawatir sekali karena Bangka Belitung merupakan daerah zona merah yang mana setiap hari ada kasus baru," ujar Emmi

Dirinya yang juga sebagai tenaga kesehatan mengungkapkan penularan virus Covid-19 ini sangat cepat dan sangat dikhawatirkan bagi anak-anak,

Menurut dia, anak-ana memiliki tingkat kewaspadaan dan kepatuhan protokol kesehatan yang renda, terutama anak-anak TK dan SD.

"Jadi sebaiknya selama masih kondisi pandemi seperti sekarang, sebaiknya anak-anak belajar di rumah aja terlebih dahulu sampai kondisi benar-benar pulih atau tidak ada lagi yg positif di pulau Bangka Belitung," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis (4/6/2020).

Emmi mengungkapkan jika memang harus kembali beraktivitas masuk sekolah maka sebagai orang tua dirinya berupaya untuk selalu menjelaskan dan menerapkan protokol kesehata kepada anak selama di sekolah.

"Ini juga sebenarnya kurang efektif, apakah setiap waktu anak-anak akan mematuhi protokol kesehatan, karena Ini anak-anak bukan orang dewasa. Sementara orang dewasa saja suka melanggar apalagi anak-anak," tutur Emmi.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Jami yang juga memiliki anak kelas 4 SD.

Dia mengaku sangat khawatir sekali jika sekolah sudah mulai aktif di tengah pandemi ini.

Ia mengatakan di saat situasi seperti ini, takutnya sekolah belum bisa menetapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah dan anak-anak belum bisa mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan.