Jangan Marah-Marah Terus Jika Sedang Hamil! Ini Dampak Buruk yang Akan Terjadi Pada Bayimu Jika Suka Marah Saat Lagi Hamil
Temanku Lili sedang hamil. Saat sedang ngobrol bersamanya, ia terus mengelus perutnya dan berkata, "aku harus memastikan bahwa bayiku tetap dalam perasaan yang bahagia." Aku mengerutkan dahi, tidak mengerti apa yang dimaksudnya.
Ia pun menjawab, "sebenarnya, ibuku tidak ingin punya anak lagi, aku adalah 'sebuah kecelakaan'. Ibuku pun sempat makan obat, tapi aku kuat dan akhirnya tetap dilahirkan."
Setelah Lili beranjak dewasa, hubungannya dengan ibunya memang tidak akur, mereka tidak setuju dalam segala hal. Mungkin karena emosi ibunya ketika mengandung Lily, hal itu malah mempengaruhi keadaan psikologis Lili seumur hidup.
Sebenarnya, ini bukanlah hal yang misterius. Darah ibu dan anak terhubung selama masa kehamilan, sama halnya dengan perasaan dan emosi. Penelitian telah menunjukkan bahwa keadaan psikologis ini berada di bawah tempat kesadaran kita dan menyertai pertumbuhan kehidupan bayi.
Jika janin merasa ibu emosi dan merasa tidak senang, atau tidak ingin bayi tersebut datang, janin pun bisa memilih untuk 'pergi'. Jika ibu sangat senang menerima bayi dan bahagia secara tulus, maka bayi pun bisa merasakan rasa hangat dan bahagia, bayi pun akan lahir dengan keinginan kuat untuk tumbuh.
Walaupun bayi kecil, tapi mereka memiliki pikiran dan perasaan sendiri. Pemikiran ibu dan janin sudah berbeda, namun tali pusat plasenta seperti jembatan yang memberi sinyal kepada janin, sehingga dapat mempengaruhi status janin.
Penelitian menunjukkan bahwa dari kehamilan minggu ke 5, janin dapat merespon akan perasaan ibu. Minggu ke 8, janin dapat menendang kakinya, menggelengkan kepala, dan melakukan gerakan lainnya, ia dapat menyatakan perasaan senang atau sedih. Meski ibu tidak dapat merasakannya, namun sebenarnya janin sudah dapat membedakan. Bulan ke 6, mood janin lebih kuat lagi.
Jika suasana hati ibu hamil itu bahagia dan sering tertawa, maka tekanan darah, denyut nadi dan pernapasan ibu hamil berada dalam keadaan stabil dan harmonis. Lingkungan seperti ini membuat kesehatan dan mood bayi juga lebih stabil.
Namun, jika ibu hamil sering bertengkar dengan ayah, atau sering ada masalah keluarga yang menyebabkan perasaannya selalu marah, maka ibu hamil akan mengeluarkan zat norepinephrine yang akan membuat tekanan darah naik dan pembuluh darah plasenta mengecil yang mengakibatkan bayi kekurangan oksigen.
Akibatnya, janin pada ibu hamil menjadi aktif berlebihan dan mengalami keterlambatan pertumbuhan. Dari sini, dapat dibayangkan betapa besar dampak pada kesehatan fisik dan mental janin. Jika kamu ingin melahirkan bayi yang bahagia dan ceria, pastikan untuk menjaga suasana hati saat hamil.
Tips Meredam Amarah saat Hamil
1. Perubahan emosi memang sulit untuk ditahan, tapi setidaknya masih ada yang bisa dilakukan untuk meredakannya. Cobalah beberapa langkah berikut saat terasa ingin marah.
2. Berbicara dengan seseorang yang dekat secara emosional dapat menurunkan ketegangan sekaligus memperoleh dukungan. Kamu bisa berbicara dengan pasangan ataupun keluarga. Selain itu, kamu juga bisa berbicara dengan sesama calon ibu.
3. Hindari diskusi atau percakapan yang hanya akan membuatmu terpicu untuk marah-marah. Cobalah untuk jalan-jalan ringan selama setengah jam untuk menenangkan diri.
Memperbanyak waktu beristirahat. Kurang tidur hanya akan membuat mood ibu hamil memburuk. Tidur siang singkat dapat dilakukan untuk menggantikan jam tidur malam yang berkurang.
4. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu senangi, misalnya mengerjakan hobi.
5. Tuangkan perasaanmu kepada tulisan di buku harian. Jika merasa kesal dengan seseorang, tulis surat padanya, namun tidak perlu dikirim. Tujuannya adalah untuk meluapkan perasaan saja.
6. Tetap bergerak aktif. Kamu bisa membiasakan diri untuk berjalan pagi, berenang, ataupun olahraga lain yang disukai. Hal ini juga sekaligus membantu meringankan nyeri yang dirasakan saat hamil.
Wajar saja jika ibu hamil merasa tegang menjelang kelahiran Si Kecil yang ditunggu-tunggu, namun jangan sampai menyikapinya secara berlebihan. Hindari marah-marah karena hanya akan berakibat negatif. Konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika ibu hamil kesulitan mengatasi perubahan mood.
Ia pun menjawab, "sebenarnya, ibuku tidak ingin punya anak lagi, aku adalah 'sebuah kecelakaan'. Ibuku pun sempat makan obat, tapi aku kuat dan akhirnya tetap dilahirkan."
Setelah Lili beranjak dewasa, hubungannya dengan ibunya memang tidak akur, mereka tidak setuju dalam segala hal. Mungkin karena emosi ibunya ketika mengandung Lily, hal itu malah mempengaruhi keadaan psikologis Lili seumur hidup.
Sebenarnya, ini bukanlah hal yang misterius. Darah ibu dan anak terhubung selama masa kehamilan, sama halnya dengan perasaan dan emosi. Penelitian telah menunjukkan bahwa keadaan psikologis ini berada di bawah tempat kesadaran kita dan menyertai pertumbuhan kehidupan bayi.
Jika janin merasa ibu emosi dan merasa tidak senang, atau tidak ingin bayi tersebut datang, janin pun bisa memilih untuk 'pergi'. Jika ibu sangat senang menerima bayi dan bahagia secara tulus, maka bayi pun bisa merasakan rasa hangat dan bahagia, bayi pun akan lahir dengan keinginan kuat untuk tumbuh.
Walaupun bayi kecil, tapi mereka memiliki pikiran dan perasaan sendiri. Pemikiran ibu dan janin sudah berbeda, namun tali pusat plasenta seperti jembatan yang memberi sinyal kepada janin, sehingga dapat mempengaruhi status janin.
Penelitian menunjukkan bahwa dari kehamilan minggu ke 5, janin dapat merespon akan perasaan ibu. Minggu ke 8, janin dapat menendang kakinya, menggelengkan kepala, dan melakukan gerakan lainnya, ia dapat menyatakan perasaan senang atau sedih. Meski ibu tidak dapat merasakannya, namun sebenarnya janin sudah dapat membedakan. Bulan ke 6, mood janin lebih kuat lagi.
Jika suasana hati ibu hamil itu bahagia dan sering tertawa, maka tekanan darah, denyut nadi dan pernapasan ibu hamil berada dalam keadaan stabil dan harmonis. Lingkungan seperti ini membuat kesehatan dan mood bayi juga lebih stabil.
Namun, jika ibu hamil sering bertengkar dengan ayah, atau sering ada masalah keluarga yang menyebabkan perasaannya selalu marah, maka ibu hamil akan mengeluarkan zat norepinephrine yang akan membuat tekanan darah naik dan pembuluh darah plasenta mengecil yang mengakibatkan bayi kekurangan oksigen.
Akibatnya, janin pada ibu hamil menjadi aktif berlebihan dan mengalami keterlambatan pertumbuhan. Dari sini, dapat dibayangkan betapa besar dampak pada kesehatan fisik dan mental janin. Jika kamu ingin melahirkan bayi yang bahagia dan ceria, pastikan untuk menjaga suasana hati saat hamil.
Tips Meredam Amarah saat Hamil
1. Perubahan emosi memang sulit untuk ditahan, tapi setidaknya masih ada yang bisa dilakukan untuk meredakannya. Cobalah beberapa langkah berikut saat terasa ingin marah.
2. Berbicara dengan seseorang yang dekat secara emosional dapat menurunkan ketegangan sekaligus memperoleh dukungan. Kamu bisa berbicara dengan pasangan ataupun keluarga. Selain itu, kamu juga bisa berbicara dengan sesama calon ibu.
3. Hindari diskusi atau percakapan yang hanya akan membuatmu terpicu untuk marah-marah. Cobalah untuk jalan-jalan ringan selama setengah jam untuk menenangkan diri.
Memperbanyak waktu beristirahat. Kurang tidur hanya akan membuat mood ibu hamil memburuk. Tidur siang singkat dapat dilakukan untuk menggantikan jam tidur malam yang berkurang.
4. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu senangi, misalnya mengerjakan hobi.
5. Tuangkan perasaanmu kepada tulisan di buku harian. Jika merasa kesal dengan seseorang, tulis surat padanya, namun tidak perlu dikirim. Tujuannya adalah untuk meluapkan perasaan saja.
6. Tetap bergerak aktif. Kamu bisa membiasakan diri untuk berjalan pagi, berenang, ataupun olahraga lain yang disukai. Hal ini juga sekaligus membantu meringankan nyeri yang dirasakan saat hamil.
Wajar saja jika ibu hamil merasa tegang menjelang kelahiran Si Kecil yang ditunggu-tunggu, namun jangan sampai menyikapinya secara berlebihan. Hindari marah-marah karena hanya akan berakibat negatif. Konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika ibu hamil kesulitan mengatasi perubahan mood.