Heboh! Penampilan Supir Bus malam Ini 'Tipu' Banyak Orang!
Siapa yang sangka, bahwa pria asal desa Mawu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat yang berwajah sangar ini ternyata sanggup menipu siapapun yang melihatnya secara fisik. Jelas saja, karena ternyata pria yang berprofesi sebagai supir bus malam ini punya banyak rahasia yang amat mengejutkan.
Tampangnya yang 'vandal' dan sedikit mengerikan, ternyata bertolak belakang dengan apa yang sudah dia berikan kepada orang-orang di desanya. Pria tersebut ternyata berjasa mendirikan sekolah gratis pada anak-anak di desanya yang dianggapnya kurang mendapat pendidikan yang layak.
Hal ini dilakukannya atas dasar pengalamannya saat menyetir busnya dari Bima menuju Jakarta. Dimana saat itu, pria yang juga akrab dipanggil 'Alan' tersebut melihat kesenjangan yang dalam antara pendidikan di Bima dan Jakarta.
Selama 2 dekade terakhir, pria yang berumur 42 tahun tersebut menorehkan tinta emas bagi desanya dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk mendirikian TK dan Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum gratis di kampungnya dari hasil pekerjaannya tersebut.
Hal tersebut dia lakukan selama sekitar 20 tahun, menggunakan dana murni dari kantongnya sendiri yang didapatkan dari pekerjaannya sebagai supir bus malam.
Guna mewujudkan tekadnya, pria berusia 42 tahun itu menyisihkan penghasilannya dari profesi yang digelutinya selama 20 tahun terakhir.
Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, pada 2008 Alan berhasil membangun sekolah gratis tingkat taman kanak-kanak (TK) dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Ulum di kampungnya, Desa Mawu, Dusun Tololai, setengah jam perjalanan dari kota Bima.
Meski hanya terbuat dari kayu dan bilik, madrasah itu sangat dirasakan manfaatnya bagi warga sekitar, terutama anak-anak. Kini, Madrasah Darul Ulum telah memiliki 100 siswa dan15 staf pengajar.
Dalam perjuangannya mencerdaskan anak-anak tidak mampu di Bima, Alan kemudian mulai bersinggungan dengan berbagai bantuan yang bermuatan pencitraan semata. Ada pejabat secara pribadi ingin membantu, namun ia menolaknya lantaran bantuan tersebut terkesan tidak sesuai dengan mekanisme yang lazim. “Kami memang butuh bantuan dari pemerintah atau yang lain. Tapi harus sesuai dengan mekanisme,” Alan memaparkan.
Meskipun begitu niatnya mendidik anak-anak di daerahnya tak surut bahkan ada keinginannya membangun yayasan sampai perguruan tinggi. Baginya orang-orang yang telah mendorongnya berbuat lebih untuk daerahnya adalah orang tua dan saudaranya. “Tujuan saya jelas untuk dunia akhirat. Tapi untuk agama saya tidak boleh riya. Saya sendiri masih harus banyak belajar masalah agama,” ujarnya.
Soal profesinya sebagai sopir bus malam, Alan mengakui tampang sangarnya itu justru banyak ‘membantu’. Sebab, tak jarang harus menghadapi para preman mabuk yang memalak di terminal. Lantaran tampak sangarnya pula, ia disegani para preman dari terminal ke terminal persinggahan busnya.
“Taktiknya saya skenariokan bahwa saya preman. Melalui tampang. Agak klaim sedikit. Preman itu bukan sebuah titel. Hanya penampilan kita saja,” katanya.
Sekian lama menjadi sopir bus malam makin menempa perjalanan batinnya. “Saya kerap mengutip ilmu yang saya dapatkan selama perjalanan. Kian lama kian menerangi jalan hidup saya,” ia menjelaskan.
“Di jalanan saya punya peluang untuk mencari rejeki, mencari penumpang. Mereka mau duduk dimana saja saya bolehkan. Ada juga penumpang kehabisan uang saya naikkan saja. Yang paling penting mereka jujur bahwa mereka memang tidak punya uang" ungkap alan.
Walhasil, supir bus AKAP tersebut membuat banyak anak-anak yang tidak mampu bersekolah jadi terdidik. Selain itu, warga setempat juga merasa Alan telah berjasa dalam mendirikan sekolah yang hari ini sendiri telah berisi lebih dari 100 orang murid dan belasan staf. Hal tersebut juga membuatnya mendapatkan penghargaan di Kick Andy Heroes 2015 Metro TV tahun ini.
![]() |
M Saleh Alias Alan |
Tampangnya yang 'vandal' dan sedikit mengerikan, ternyata bertolak belakang dengan apa yang sudah dia berikan kepada orang-orang di desanya. Pria tersebut ternyata berjasa mendirikan sekolah gratis pada anak-anak di desanya yang dianggapnya kurang mendapat pendidikan yang layak.
Hal ini dilakukannya atas dasar pengalamannya saat menyetir busnya dari Bima menuju Jakarta. Dimana saat itu, pria yang juga akrab dipanggil 'Alan' tersebut melihat kesenjangan yang dalam antara pendidikan di Bima dan Jakarta.
![]() |
Tampang Boleh Preman, Namun Hati Tetap Kyai |
Selama 2 dekade terakhir, pria yang berumur 42 tahun tersebut menorehkan tinta emas bagi desanya dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk mendirikian TK dan Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum gratis di kampungnya dari hasil pekerjaannya tersebut.
Hal tersebut dia lakukan selama sekitar 20 tahun, menggunakan dana murni dari kantongnya sendiri yang didapatkan dari pekerjaannya sebagai supir bus malam.
![]() |
Alan Patut Untuk Dicontoh |
Guna mewujudkan tekadnya, pria berusia 42 tahun itu menyisihkan penghasilannya dari profesi yang digelutinya selama 20 tahun terakhir.
Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, pada 2008 Alan berhasil membangun sekolah gratis tingkat taman kanak-kanak (TK) dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Ulum di kampungnya, Desa Mawu, Dusun Tololai, setengah jam perjalanan dari kota Bima.
“Tujuan saya (membangun sekolah) agar mereka (anak-anak) menyadari bahwa mereka harus taat agama dan bekerja meskipun di Bima banyak konflik dan banyak pengangguran. Saya berharap bisa melakukan apapun walau hanya sedikit,” tuturnya.
![]() |
Sekolah MI Yang Telah Dibantu Alan |
Meski hanya terbuat dari kayu dan bilik, madrasah itu sangat dirasakan manfaatnya bagi warga sekitar, terutama anak-anak. Kini, Madrasah Darul Ulum telah memiliki 100 siswa dan15 staf pengajar.
Dalam perjuangannya mencerdaskan anak-anak tidak mampu di Bima, Alan kemudian mulai bersinggungan dengan berbagai bantuan yang bermuatan pencitraan semata. Ada pejabat secara pribadi ingin membantu, namun ia menolaknya lantaran bantuan tersebut terkesan tidak sesuai dengan mekanisme yang lazim. “Kami memang butuh bantuan dari pemerintah atau yang lain. Tapi harus sesuai dengan mekanisme,” Alan memaparkan.
Meskipun begitu niatnya mendidik anak-anak di daerahnya tak surut bahkan ada keinginannya membangun yayasan sampai perguruan tinggi. Baginya orang-orang yang telah mendorongnya berbuat lebih untuk daerahnya adalah orang tua dan saudaranya. “Tujuan saya jelas untuk dunia akhirat. Tapi untuk agama saya tidak boleh riya. Saya sendiri masih harus banyak belajar masalah agama,” ujarnya.
Soal profesinya sebagai sopir bus malam, Alan mengakui tampang sangarnya itu justru banyak ‘membantu’. Sebab, tak jarang harus menghadapi para preman mabuk yang memalak di terminal. Lantaran tampak sangarnya pula, ia disegani para preman dari terminal ke terminal persinggahan busnya.
“Taktiknya saya skenariokan bahwa saya preman. Melalui tampang. Agak klaim sedikit. Preman itu bukan sebuah titel. Hanya penampilan kita saja,” katanya.
Sekian lama menjadi sopir bus malam makin menempa perjalanan batinnya. “Saya kerap mengutip ilmu yang saya dapatkan selama perjalanan. Kian lama kian menerangi jalan hidup saya,” ia menjelaskan.
“Di jalanan saya punya peluang untuk mencari rejeki, mencari penumpang. Mereka mau duduk dimana saja saya bolehkan. Ada juga penumpang kehabisan uang saya naikkan saja. Yang paling penting mereka jujur bahwa mereka memang tidak punya uang" ungkap alan.
![]() |
Mendapatkan Penghargaan di Kick Andy |
Walhasil, supir bus AKAP tersebut membuat banyak anak-anak yang tidak mampu bersekolah jadi terdidik. Selain itu, warga setempat juga merasa Alan telah berjasa dalam mendirikan sekolah yang hari ini sendiri telah berisi lebih dari 100 orang murid dan belasan staf. Hal tersebut juga membuatnya mendapatkan penghargaan di Kick Andy Heroes 2015 Metro TV tahun ini.