Waspadai Meningitis Pada Anak - Tips Dokter
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Waspadai Meningitis Pada Anak

LikeYuk.Com - Meningitis bisa memicu kerusakan otak, hilangnya pendengaran, dan kematian. Seluruh orangtua di seluruh nusantara mesti mewaspadai penyakit meningitis karena berpotensi besar menyerang anak. Meningitis merupakan penyakit yang menyerang selaput otak yang mengelilingi sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh berbagai macam virus dan bakteri. Angka kematiannya mencapai 50 persen, walaupun sembuh terancam mengalami gejala sisa berupa lumpuh, tuli , epilepsi, dan retardasi mental.

Sebenarnya penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi IPD (Invasive Pnemumococcal Disease) ataupun pneumokokus. Sayangnya di Indonesia, 4,6 kelahiran hidup pertahunnya, hanya 0.6 persen yang mendapat vaksin meningitis. Padahal, tingkat penderita meningitis di Negara kita tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2014, di tiap 1000 kelahiran ternyata terdeteksi 50 orang mengidap meningitis.

Bahaya Meningitis Pada Anak
Bahaya Meningitis Pada Anak


Menurut Dr. Hardiono Pusponegoro SpA(K) mengungkapkan bahwa meningitis merupakan salah satu pembunuh bayi dan balita di negara berkembang. Penelitian di Bandung menyebutkan, sekitar 65 persen dari 2.000 responden anak dan balita mengidap bakteri Pneumococcus di tenggorokan. Penularan bakteri pneumokokus juga sangat mudah karena penyebarannya melalui udara.
Berbagai penelitian di beberapa rumah sakit Indonesia, data menunjukkan bahwa 10 persen penyebab meningitis pada balita adalah bakteri pnemokokus. Bakteri ini bila sekali menjangkit pasien maka pasien tersebut memiliki tingkat kesembuhan rendah dan dapat mengakibatkan cacat permanen.

Selain itu, balita dan orang dewasa merupakan pembawa pneumokokus dalam saluran pernapasan mereka dan mendapatkannya di luar rumah dan tempat umum. Apabila daya tahan renada, bakteri dalam tenggorokan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.

Gejala Meningitis

Dr Hardiono memberitahukan gejala klinis bayi dan balita yang mungkin terkena meningitis. Pada bayi, ditandai dengan demam, kesulitan minum, muntah, sesak napas, kejang hipotermia, serta ubun-ubun menonjol. Sementara gejala pada anak diantaranya demam, kejang, nyeri, kesadaran menurun, dan kaku kuduk.

“Pada saat gejala tersebut terlihat, segera bawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan,” ujarnya. Usaha medis untuk menolong penderita meningitis biasanya dengan pemberian antibiotik selama 14 hingga 21 hari. Hardiono mengingatkan agar orangtua tidak terlambat membawa anaknya ketika sudah nampak adanya gejala meningitis. Apabila pemberian antibiotik terlambat enam jam saja, risiko kematian meningkat menjadi empat kali lipat.

Untuk itu, pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin PCV-7 yang bisa menurunkan kejadian dan pneumonia dan meningitis mencapai 94 persen. Pemberian ASI serta menjalankan pola hidup yang sehat akan meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap bakteri penyebab meningitis.