Tips Bagi Yang Memiliki Anak Autis
LikeYuk.Com - Memiliki anak autis merupakan beban tersendiri bagi orang tua. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar anak dapat tumbuh dengan lebih baik:
1. Kenali dan pahami anak Anda
Sebagian besar anak dengan autis sulit berperilaku dan bersosialisasi, sebagian kecil bertingkah seperti anak nakal. Masing – masing anak berbeda sehingga orang tua perlu mengenal lebih dalam anaknya. Apakah dia sangat sensitif terhadap suara dan cahaya. Membutuhkan banyak input sensor atau dia tidak nyaman dengan kontak hubungan yang sangat dekat. Semakin Anda mengenal anak, maka semakin mudah untuk mengatasi masalah.
2. Sesuaikan harapan Anda
Mungkin Anda berharap banyak dengan anak Anda yang menderita autis, misalnya dapat berkumpul bersama menghabiskan makan. Pada awalnya upayakan agar anak dapat duduk diam di meja makan, setidaknya 3 menit. Jika hal ini sudah berhasil, upayakan agar dia dapat makan dengan menggunakan garpu, atau alat apa saja yang dapat digunakannya. Jika hal itu sudah dapat dilakukan secara bertahap ajarilah makan di meja makan.
3. Lakukan Penyesuaikan dengan lingkungan
Keselamatan merupakan kunci utama, terutama untuk anak autis. Membuat lingkungan yang aman bagi anak autis merupakan tantangan tersendiri. Letakkan barang –barang berbahaya di rumah di tempat yang tidak terjangkau, misalnya sumber listrik, atau sumber panas (kompor) yang dapat dijangkau anak. Barang lain yang berbahaya adalah lemari yang dapat dipanjat. Berikan pengikat pada lemari agar tidak rubuh saat dipanjat
4. Perhatikan kemungkinan sumber dari terjadinya perilaku negative
Sebagian besar anak dengan autis bersikap berlebihan terhadap suatu input sensoris. Dapat bersikap terlalu reaktif atau terlalu pasif. Orang tua harus dapat memahami hal ini dan berupaya agar anak dapat mengurangi sikap berlebihan saat menerima suatu input sensoris yang berupa suara, gambar televisi, atau input lainnya.
5. Singkirkan input sensoris yang menganggu
Anak autis dapat berperilaku berlebihan terhadap suatu input. Untuk menghindari hal ini, cara yang mudah adalah menyingkirkan sumbernya. Namun jika tidak dapat, usahakan agar dia terhindar, misalnya jika input berupa suara, gunakan earphone, sehingga dia tidak mendengar.
6. Berikan perhatian saat mendapatkan input sensoris
Saat mendapatkan input yang membuat bersikap reaktif, kadang anak autis berteriak, meloncat-loncat, atau melakukan reaksi lainnya. Saat hal ini terjadi, berikan dia pelukan, atau goncangan tubuhnya di atas sofa, cara lain adalah memaasukkan dia ke salam selimut lalu di putar, seperti “hot dog”, tentu sajja dengan putaran yang aman untuk dirinya.
7. Cobalah berpandangan positif terhadap perilaku anak
Terkadang orangtua menganggap bahwa apa yang dilakukan anak merupakan sesuatu hal yang negatif. Padahal jika orangtua dapat berpikir positif, dan melihat sisi pandang yang lain, mungkin saja dapat menganggap bahwa jika anak bersikap reaktif, maka hal itu baik untuk pembentukan otot. Atau mungkin Anda dapat melihat sisi positif lain dari perilaku anak.
Misalnya saja, anak bermain panci dengan memukul-mukul dengan tongkat, sedangkan ibunya akan menggunakannya untuk memasak. Jangan langsung memarahi anak dan beranggapan si anak nakal karena merusak perabotan masaknya. Padahal jika ibu bisa melihat dari sisi positifnya ia senang dengan adanya music yang ia mainkan. Tetapi hanya saja alat yang digunakan kurang tepat. Sebaiknya berikan pemahaman kepada si anak.
8. Berbahagialah terhadap apapun yang didapat oleh anak
Sebagai orangtua kadang berharap besar agar anak dapat meraih prestasi. Untuk anak dengan kebutuhan khusus seperti autis, orangtua sebaiknya dapat menerima terhadap apa yang sudah didapat oleh anak. Mungkin dia hanya dapat menendang bola kesana kemari, atau dia hanya dapat mengucapkan kata-kata yang utuh yang dapat dimengerti. Hal semacam itu patut disyukuri sebagai kemajuan sang anak.
9. Jangan terlalu khawatir terhadap perilaku anak
Kadang orangtua merasa khawatr jika anaknya berperilaku negative atau terlihat aneh di muka umum. Perlu memalukan, namun memang anak memiliki kelainan autis yang perlu dipahami oleh orang lain, terutama orang terdekatnya.
10. Carilah cara untuk dapat berbahagia bersama
Tidak mudah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak autis. Namun jika Anda dapat menikmati saat bermain trampoline bersama, berputar di dalam selimut seperti “hotdog” atau permainan lainnya, maka itu merupakan nilai positif. Jangan terlalu berhitung terhadap keberhasilan terapi yang diberikan.
![]() |
Anak Autis |
1. Kenali dan pahami anak Anda
Sebagian besar anak dengan autis sulit berperilaku dan bersosialisasi, sebagian kecil bertingkah seperti anak nakal. Masing – masing anak berbeda sehingga orang tua perlu mengenal lebih dalam anaknya. Apakah dia sangat sensitif terhadap suara dan cahaya. Membutuhkan banyak input sensor atau dia tidak nyaman dengan kontak hubungan yang sangat dekat. Semakin Anda mengenal anak, maka semakin mudah untuk mengatasi masalah.
2. Sesuaikan harapan Anda
Mungkin Anda berharap banyak dengan anak Anda yang menderita autis, misalnya dapat berkumpul bersama menghabiskan makan. Pada awalnya upayakan agar anak dapat duduk diam di meja makan, setidaknya 3 menit. Jika hal ini sudah berhasil, upayakan agar dia dapat makan dengan menggunakan garpu, atau alat apa saja yang dapat digunakannya. Jika hal itu sudah dapat dilakukan secara bertahap ajarilah makan di meja makan.
3. Lakukan Penyesuaikan dengan lingkungan
Keselamatan merupakan kunci utama, terutama untuk anak autis. Membuat lingkungan yang aman bagi anak autis merupakan tantangan tersendiri. Letakkan barang –barang berbahaya di rumah di tempat yang tidak terjangkau, misalnya sumber listrik, atau sumber panas (kompor) yang dapat dijangkau anak. Barang lain yang berbahaya adalah lemari yang dapat dipanjat. Berikan pengikat pada lemari agar tidak rubuh saat dipanjat
4. Perhatikan kemungkinan sumber dari terjadinya perilaku negative
Sebagian besar anak dengan autis bersikap berlebihan terhadap suatu input sensoris. Dapat bersikap terlalu reaktif atau terlalu pasif. Orang tua harus dapat memahami hal ini dan berupaya agar anak dapat mengurangi sikap berlebihan saat menerima suatu input sensoris yang berupa suara, gambar televisi, atau input lainnya.
5. Singkirkan input sensoris yang menganggu
Anak autis dapat berperilaku berlebihan terhadap suatu input. Untuk menghindari hal ini, cara yang mudah adalah menyingkirkan sumbernya. Namun jika tidak dapat, usahakan agar dia terhindar, misalnya jika input berupa suara, gunakan earphone, sehingga dia tidak mendengar.
6. Berikan perhatian saat mendapatkan input sensoris
Saat mendapatkan input yang membuat bersikap reaktif, kadang anak autis berteriak, meloncat-loncat, atau melakukan reaksi lainnya. Saat hal ini terjadi, berikan dia pelukan, atau goncangan tubuhnya di atas sofa, cara lain adalah memaasukkan dia ke salam selimut lalu di putar, seperti “hot dog”, tentu sajja dengan putaran yang aman untuk dirinya.
7. Cobalah berpandangan positif terhadap perilaku anak
Terkadang orangtua menganggap bahwa apa yang dilakukan anak merupakan sesuatu hal yang negatif. Padahal jika orangtua dapat berpikir positif, dan melihat sisi pandang yang lain, mungkin saja dapat menganggap bahwa jika anak bersikap reaktif, maka hal itu baik untuk pembentukan otot. Atau mungkin Anda dapat melihat sisi positif lain dari perilaku anak.
Misalnya saja, anak bermain panci dengan memukul-mukul dengan tongkat, sedangkan ibunya akan menggunakannya untuk memasak. Jangan langsung memarahi anak dan beranggapan si anak nakal karena merusak perabotan masaknya. Padahal jika ibu bisa melihat dari sisi positifnya ia senang dengan adanya music yang ia mainkan. Tetapi hanya saja alat yang digunakan kurang tepat. Sebaiknya berikan pemahaman kepada si anak.
8. Berbahagialah terhadap apapun yang didapat oleh anak
Sebagai orangtua kadang berharap besar agar anak dapat meraih prestasi. Untuk anak dengan kebutuhan khusus seperti autis, orangtua sebaiknya dapat menerima terhadap apa yang sudah didapat oleh anak. Mungkin dia hanya dapat menendang bola kesana kemari, atau dia hanya dapat mengucapkan kata-kata yang utuh yang dapat dimengerti. Hal semacam itu patut disyukuri sebagai kemajuan sang anak.
9. Jangan terlalu khawatir terhadap perilaku anak
Kadang orangtua merasa khawatr jika anaknya berperilaku negative atau terlihat aneh di muka umum. Perlu memalukan, namun memang anak memiliki kelainan autis yang perlu dipahami oleh orang lain, terutama orang terdekatnya.
10. Carilah cara untuk dapat berbahagia bersama
Tidak mudah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak autis. Namun jika Anda dapat menikmati saat bermain trampoline bersama, berputar di dalam selimut seperti “hotdog” atau permainan lainnya, maka itu merupakan nilai positif. Jangan terlalu berhitung terhadap keberhasilan terapi yang diberikan.